Oleh: Rahmat Abdullah
“Tidak ada nikmat apapun yang lebih besar
dalam diriku sesudah hidayah Allah karuniakan kepadaku, lebih daripada
kejujuranku terhadap Rasulullah SAW,” (Kaab Bin Malik).
SEORANG miskin,
tak berkelas. Seorang kaya, bangsawan dan bermartabat. Seorang perempuan,
tersisih atau tersanjung. Rohaniawan, pendeta, filsuf, bahkan agnotis dan
atheis, semua dapat bertemu di satu titik : ‘Iman’ , bila bertolak dari shidq
(kejujuran) . Shidq adalah titik tolak (munthalaq) yang menjamin sampainya
perjalanan ke tujuan. Shidq adalah kunci pembuka hati yang tiada tara
bandingannya. “Seandainya shidq diletakkan di atas luka, niscaya luka itu
langsung sembuh.” Demikian perkataan Imam Ahmad bin Hambal. Dan Shidq-lah
menurutnya, yang menyelamatkannya dari pedang Al Mu’tashim.
Tak
ada bangsa yang takut akan bangkrut karena kejujurannya, tak ada bangsa yang
cukup sabar untuk dibohongi berulang-ulang. Mungkin negeri ini yang menyimpan
kelainan ketika selalu mendukung ‘Pembohong’, lalu menyumpahinya dan kemudian
mendukung pembohong lain. Lemah atau bodoh itu tak lagi penting, masalahnya
para pembohong itu memonopoli begitu banyak luas ruang loyalitas. Publik tak
mampu membedakan mana induk kejahatan dan mana cabang rantingnya.
Ketika
ditanya,”Mungkinkah muslim mencuri, atau berzina?”
Rasulullah
SAW menjawab, “ Mungkin.”
Ketika
ditanya,” Mungkinkah muslim berdusta?” beliau menjawab, “Tidak, demi Allah, tak
akan (tak ada kamusnya) muslim berdusta!”
Nanti
terbukti, bahwa shidq akan sangat menjaga seorang hamba dari pencurian dan
perzinahan, karena dosa semua ini lahir dari ketidakjujuran. []
0 comments:
Post a Comment