Bismillahirahmanirahim
Islam
bukan ajaran ilusi, islam bukan agama yang dijalankan berdasarkan naluri
semata, islam bukan juga agama keyakinan tanpa pengamalan. Namun ia adalah
agama yang berpijak kepada basis keilmuan,
baru selanjutnya kayakinan dan pengamalan. Dimana para ulama menegaskan
tertolaknya sebuah amalan tanpa di dasari ilmu yang shahih. Imam Syafii
mengatakan,
“ setiap
orang yang beramal tanpa ilmu, maka amalnya akan ditolak sia-sia.” (Matan
Zubad, juz I halaman II).
Ayat
yang pertama kali turun berbicara tentang Ilmu. Ini adalah sebuah penekanan
akan pentingnya ilmu dan tarbiyah dalam islam.
“Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (QS. Al ‘Alaq: 1-5).
Tanpa Tarbiyah Kader
Dakwah dan jamaah akan Rusak
Seandainya manusa tidak dibimbing
untuk menjaga serta meningkatkan sifat ketakwaannya, maka yang akan
dominan dalam dirinya adalah sifat buruknya. Demikian juga sebaliknya. Sebab
manusia telah Allah berikan dua kecenderungan tersebut, yaitu kecenderungan
atau jalan kefasikkan dan jalan ketakwaan.
وَنَفْسٍوَمَاسَوَّاهَا (7) فَأَلْهَمَهَافُجُورَهَاوَتَقْوَاهَا (8) قَدْأَفْلَحَمَنْزَكَّاهَا (9) وَقَدْخَابَمَنْدَسَّاهَا (10)
“Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya),
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya
beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya.” (Q.
S. al-Syams [91]: 7-10).
Dua hal tersebut sangat di pengaruhi oleh faktor eksternal. Dimana
pergaulan dan pendidikan sangat berperan penting untuk menumbuh serta
mempertahankan satu di antara keduanya. Maka sebagai seorang muslim apa lagi
sebagai aktivis dakwah menumbuhkan dan mempertahankan sisi takwanya adalah
sesuatu yang wajib.
Menjadi rijalud
dakwah (kader dakwah) yang baik bukanlah sebuah hasil, melainkan proses
yang perlu selalu diupayakan dengan memperkuat kepemahaman dan kesungguhan
dalam beramal. Di antara kader-kader yang baik itu, ada yang menjadi baik
dengan kuatnya ibadah yang mereka lakukan, ada pula baik karena hebat dalam keilmuan,
bahkan ada juga yang baik karena ekspansi dakwahnya yang luar biasa. Mereka
menjadi lebih baik karena mereka melakukan kebaikan. Itulah bukti baiknya iman
mereka.
Namun ibarat sebuah besi. Hanya mereka yang
terasah secara terus meneruslah yang akan menjadi pisau yang tajam dan selalu
mampu memotong dan menghancurkan kebatilan-kebatilan . boleh jadi seorang kader
dakwah memiliki kebaikan yang membuat mereka baik, akan tetapi jika tidak terus
di asah tidak menutup kemungkinan dirinya akan tumpul dan rusak. Begitu pula
seorang kader dakwah yang sangat bersemangat beramal tapi tidak diiringi dengan
proses tarbiyah yang sehat, maka cepat atau lambat akan segera “tumpul dan
rusak”. Ini juga berlaku sebaliknya. Maka dari itu, sebuah pisau yang baik adalah
yang tajam dipakai, lalu tumpul, diasah, tajam lagi, dipakai lagi, lalu tumpul
lagi, diasah lagi, dipakai lagi, lalu tumpul lagi, diasah lagi, dan seterusnya.
Proses ini berlangsung terus menerus, tidak terputus. Dengan begitu, pisau akan
terus dalam keadaan baik dan memberi manfaat.
Di sinilah terdapat sebuah pola yang
mengagumkan, bahwa untuk tetap menjadi kader yang baik diperlukan satu syarat,
yang mana syarat ini bisa menentukan kualitas daya tahan mereka dalam
berdakwah, yaitu konsistensi, nama lain dari konsistensi adalah
berkesinambungan, berkelanjutan, kontinyu, terus menerus, stabil, langgeng,
atau bisa juga disebut istiqamah.
Katakanlah ada kader dakwah yang sangat semangat
berdakwah. Dalam satu pekan dirinya sering hadir disetiap pertemuan ataupun agenda-agenda
dakwah tanpa terkecuali. Ini baik. Tapi setelahnya, batang hidungnya tak pernah
keliatan lagi. Bahkan untuk seterusnya. Inilah yang tidak baik. Begitu pula
jika ada kader dakwah yang sehari bertilawah satu juz, itu baik. Tapi kalau
besok-besoknya tidak tilawah, itu dia yang tidak baik. Itu sebabnya, tanpa
konsistensi, seorang tidak akan menjadi kader dakwah yang baik. Karena sekali
lagi, predikat ‘baik’ adalah proses, bukan hasil. Maka itu perlu diupayakan
terus menerus, konsisten.
Kehancuran Jamaah Tanpa
Tarbiyah
Kader adalah anasir
terpenting dalam sebuah jamaah dakwah. Sebab ia adalah ruh yang akan menentukan
hidup dan matinya sebuah jamaah. Asset terpenting jamaah adalah kader itu
sendiri. Dengan begitu dapat kita simpulkan bahwa, potret sebuah jamaah
tergantung kepada setiap individu kader. Maka untuk menghadirkan jamaah yang representative bagi
umat yang sesuai dengan nilai-nilai islam, haruslah dimulai dengan mensolehkan pribadi-pribadi setiap kader.
Disinilah peran jamaah untuk menyusun dan merancang program tarbiyah untuk
terciptanya pribadi kader yang paripurna, kaffah;
pribadi kader yang memahami dan mengamalkan islam dengan menyeluruh dan
mendalam tanpa dominan kepada satu aspek dan mengabaikan aspek yang lain tawashut atau moderat.
Sebagai sebuah gerakan dakwah, maka
tarbiyah dan seluruh komponennya menjadi sesuatu yang tsubut, tetap. Tidak
boleh tidak tarbiyah harus di ikuti baik
suka mau pun duka. Lapang atau pun sempit, hujan ataupun panas, sekali
pun ia adalah seorang ustadz jebolan universitas Al-Azhar Mesir. Sebab tarbiyah adalah upaya mempertahankan
idealisme jamaah dan di dalamnya dicetak batu batah bangunan umat yang akan ia
bangun. Dan dari tarbiyah, kita akan mengetahui dari mana kita akan memulai
dakwah ini, kemana arah perjalanannya, model ideal umat semacam apa yang akan ia
bangun. Sehingga benarlah apa di katakana oleh para pendahulu dakwah ini,
“tarbiyah bukan segalanya, namun semuanya berawal dari tarbiyah.”
Dr.
Yusuf Qardawi mengatakan, “ Islam menghendaki seorang muslim agar lebih
mengutamakan aksi ketimbang kata-kata. Seorang muslim tidak akan mengatakan
sesuatu kecuali dilaksanakan, dan tidak melaksanakan sesuatu kecuali dengan
maksud menyempurnakannya.”
Mari kita urai satu persatu:
Islam menghendaki
seorang muslim agar lebih mengutamakan aksi ketimbang kata-kata.
Berbuat akan lebih nyata dan terasa dari
pada sekedar sihir ucapan dan status di media social. Sebagian aktivis
terkadang lebih sering mengumbar status di media social dengan postingan
dakwahnya. Tapi sayang tidak seindah didunia nyatanya. Misalnya pada pertemuan-
pekanan, jarang sekali ia hadir. Datang di kegiatan tarbiyah masih mengikuti
suasana hati. Padahal sebagai jamaah, kita sebagai kader adalah bagian yang
tidak mungkin terpisakan darinya. Segala hal yang kita perbuat akan selalu
memberi kesan bahwa itu adalah
kepribadian jamaah/ organisasi. Maka, memastikan apa yang kita perbuat
itu baik, adalah sesuatu yang mesti. Sebab kita adalah representasi dari jamaah
itu.
Alarm
kebaikan akan selalu berbunyi jika kita telah mengaturnya terlebih dahulu
dengan cara mengikuti dengan intens proses tarbiyah tersebut. Hasil tarbiyah
itu akan memberi getaran peringatakan yang disebut bashiro. Bashiro, cahaya hati itulah yang akan memberi pesan bahwa
apa yang kita perbuat telah melampaui batas atau sia-sia dimata Allah.
Dr. Yusuf Qardawi mengatakan, “Seorang kader sejatih adalah ia yang
mengerahkan seluruh potensi dirinya dan potensi sekitarnya kearah aksi dan
produksi, bukan omong kosong dan kelakar belaka.”
Apa
yang kita cita-citakan tentang kemuliaan islam harus kita mulai dengan
memuliakan diri kita dengan ilmu.
Allah Swt telah menjanjikan derajat itu
di dalam Surah Mujadilah/58 ayat 11,
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat.”
Wibawa
dan kemuliaan jamaah itu adalah kumpulan wibawa dan kemuliaan kader jamaah.
kemuliaan itu bukan diukur dari harta, pangkat, kecantikan, ketampanan, dan
ketenaran seorang kader di media sosial. Tapi ia adalah buah ketakwaan kader
dakwah yang terus memperbaharui keimanannya dengan mengikuti proses tarbiyah
yang muntijah.
Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
إِنَّأَكْرَمَكُمْعِنْدَاللَّهِأَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.” [Al-Hujurât: 13]
Seorang muslim tidak akan mengatakan sesuatu kecuali dilaksanakan, dan tidak melaksanakan sesuatu kecuali dengan maksud menyempurnakannya
Jargon kita “Dakwah adalah Solusi” tentu ini bukanlah sekedar ucapan kosong.
Karena ia lahir dari sebuah semangat pembaharuan, semangat jihad untuk
mengembalikan izah al-islam/
kemuliaan islam. Maka setiap kader harus mengambil peran untuk mewujudkannya.
Menjadikan materi tarbiyah sebagai sebuah perintah dan titah komandan yang
harus di tunaikan oleh setiap prajurit. Tiada kata lelah bagi prajurit dakwah
sebab dirinya telah ia jual kepada Allah dan ia telah di beli oleh Allah.
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari
orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk
mereka”. (At Taubáh: 111)
Dr. Yusuf
Qordowi mengatakan, “ Islam membenci
seorang muslim yang melakukan perbuatan tidak bermanfaat; yang mengahabiskan
waktu untuk perkara-perkara tak berguna; yang sibuk membicarakan kebatilan; dan
mendatangi tempat-tempat yang berpotensi menjerumuskan pada perbuatan dosa atau
sibuk melayani keisengan orang lain.”
Semua
berawal dari mebiasakan diri bermalas-malasan datang di pertemuan pekananya, awalnya
ia datang terlambat, lalu ia pun mulai jarang hadir, ia beralasan dengan urusan
kantor, kuliah dan atau sekolah. Sampai ia pun apsen di pertemuan wajibnya
selama berpekan-pekan bahkan ada yang telah
hilang tanpa kabar. Dan uniknya, alasannya itu-itu saja. Bahkan ketika
pertemuan di jadwalkan dirumahnya pun berbagai alasan ia berikan untuk menolak
dengan bahasa halusnya. Sementara berulang kali ia memajang foto kempingnya; di
pantai, gunung, cafe, di pesta bersama teman-temannya begitu sering mewarnai
dunia media sosialnya. Ia lebih mesrah dengan yang lain ketimbang saudarah
seperjuang dakwahnya. Padahal semua sahabat akan menjadi musu kecuali
persahabatan dalam ketakwaan. Allah SWT berfirman:
الْأَخِلَّاءُيَوْمَئِذٍبَعْضُهُمْ لِبَعْضٍعَدُوٌّإِلَّاالْمُتَّقِينَ.
“Teman-teman akrab pada
hari itu sebagiannya menjadi
musuh bagi sebagian yang lain
kecuali orang-orang yang bertakwa.”(QS.
az-Zukhruf [43]: 67)
Rasulullah SAW. Bersabda:
“Di antara tanda baiknya seorang muslim adalah meninggalkan perkara yang
tidak berguna baginya. (HR. Malik)
Allah pun menggambarkan sifat orang yang
beriman sebagai,
وَالَّذِينَهُمْعَنِاللَّغْوِمُعْرِضُونَ
Dan orang-orang yang
menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.
(Al-Mu’minun:3)
Mengerjakan
amanah bukan sekedar terlaksana dan asal kawajiban tertunaikan. Namun
menyempurnakan pekerjaan atau amanah dengan baik adalah karakter seorang muslim
sejati.
Bagi seorang kader sejati, tarbiyah adalah
sesuatu yang dirindu-rindukan. Rasa rindu baru terpuaskan ketika ia hadir,
menikmatinya dengan khusyudan mengamalkan apa yang ia pelajari dalam pertemuan
tersebut. Kemudian ia pun bersemangat menanti pertemuan berikutnya. Ia hadir
bukan sekedar memenuhi kewajiban sebagai seorang aktivis dakwah. Tapi
kehadirannya karena rasa cintanya kepada islam yang akan menyelamatkannya
didunia dan akhirat.
Kenapa
mesti tarbiyah? Sebab tarbiyah itu menghidupkan hati. Tarbiyah islam menekankan
upaya penghidupan hati agar tidak mati, memakmurkannya agar tidak rusak, dan
melembutkannya agar tidak keras. Hati yang tidak di tarbiyah cenderung kaku dan
beku.
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Belumkah
datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan
janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab
kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka
menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik”.
(Al-Hadid;16)
Setidaknya
ada dua manfaat tarbiyah yang dapat kita petik;
1.
Untuk
pribadi kita sebagai seorang muslim.
Sebagai seorang muslim kita
berkewajiban untuk memperbaharui keimanan kita:
"Perbarui iman
kalian" Lalu ditanyakan, "Ya Rasulullah, bagaimana caranya
memperbarui iman kami?" Beliau pun menjawab, "Perbanyaklah ucapan Laa
ilaha illah." (HR. Ahmad dan Hakim dalam Al Mustadrak ala Shahihain)
Tarbiyah
juga adalah sarana hidayah, seyogyanya di ikuti secara intens sampai hujan hidayah
itu memabasahi kita dan menghanyutkan kotoron hati kita.
مَنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۗ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًا
“Barangsiapa
yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu
untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka
sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang
berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab
sebelum Kami mengutus seorang rasul.”
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ
“(yaitu) di hari
harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,”(Q.S Asyu Aro:88)
إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang
bersih,”(
Q.S Asyu Aro:89)
“جَدِّدُوا إِيمَانَكُمْ “، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، وَكَيْفَ نُجَدِّدُ إِيمَانَنَا؟ قَالَ: ” أَكْثِرُوا مِنْ قَوْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ “
“Perbarui
iman kalian”
“Ya Rasulullah, bagaimana cara kami memperbarui iman kami?”
tanya para sahabat.
Beliau bersabda,
“Perbanyaklah mengucapkan ‘Laa ilaaha illallaah’.
Dengan menghadiri forum tarbiyah, maka
setidaknya kita telah mendatangi sarana hidayah, kita telah menjemput hidayah
itu. Dan kita lagi berikhtiar untuk memperbaharui keimanan kita. Sebab disana
kita melakukan proses tazkiyah tunafs,
pembersihan jiwa dengan zikir dan tilawah al-quran.
Dengan tarbiyah juga kita telah
melaksanakan perintah Allah dan rasul-Nya untuk menuntut ilmu.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖوَإِذَاقِيلَ انْشُزُوافَانْشُزُوا يَرْفَعِ الله الذِيْنَ امَنُوا مِنـْكُمْ وَالّذِيْنَ اُوتُو الْعِلْمَ دَرَجَـتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْـمَلُـوْنَ خَـبِيْـر
Artinya
:
"Wahai orang-orang yang
beriman!Apabila dikatakan kepadamu,"Berilah kelapangan didalam majelis,
maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan
mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang
berilmu beberapa derajat". (Q.S Al-Mujadalah ayat 11)
وَمَا كَـانَ مِنَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُ كَافّةً فَلَوْلاَنَفَرَمِنْ كُلِّ فَرِقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةً لِيَتَفَقّهُوأ فِى الدّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمُهُمْ اِذأ رَجَعُوْ اِلَيْهِمْ لَعَلّهُمْ يَحْذَرُوْنَ
Artinya
;
"Dan
tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi kemedan perang, mengapa
sebagian diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama
mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya " QS. At-Taubah ayat
:122
عْنْ اَنَسٍ اِبْنُ مَالِكٍ قَلَ قَالَ رَسُوْل الله صلى الله عليه وسلـم طَلَبُ الْعِلْم فَرْيْضَةً عَلى كُلّ مُسْلِمٍ ووضِعً العِلْمِ عِنْدَ غَيْرُأهْلِهِ كَمُقِلِّدِ الْخَنَا زِيْرِ لْجَوْهَرَولَلؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ
Artinya :
"Dari Anas bin Malik ia
berkata, Rasulullah saw, bersabda: Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim,
memberikan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya seperti orang yang mengalungi
babi dengan permata, mutiara, atau emas" HR.Ibnu Majah
2.
Sebagai
jamaah Tarbiyah adalah proses idiologisasi anggota jamaah.
Ide dan gagasan jamaah untuk
membangun dakwahnya selalu berawal dari tabiyah itu sendiri. Mengenal siapa,
apa dan kemana suatu jamaah tidak cukup hanya mengikuti aksi-aksinya yang oleh
semua organisasi melakukannya. Tapi dengan mengkuti proses tarbiyah kita akan
faham dengan pehaman yang utuh akan sebuah jamaah tersebut. Untuk itu hanya ada
satu jalan untuk mengenal fikrah atau
idealisme suatu jamaah adalah dengan mengikuti proses idiologisasinya yaitu
tarbiyah yang berkesinambungan.
Salah satu dari tiga bentuk
aktivitas idiologisasi gerakan sebagaimana ditulis dalam buku Menyongsong Mihwar
Daulah, oleh ustadz Cahyadi takariawan. yaitu;Membentuk kepribadian islam. Membentuk
kepribadian islam adalah dengan terlebih dahulu menanamkan keimanan yang kokoh
kepada anggota jamaah. sampai semua terwarnai, tercelup dengan nilai-nilai
keimanan kepada Allah dan rasulu-Nya.
صِبْغَةَ اللهِ وَ مَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللهِ صِبْغَةً وَ نَحْنُ لَهُ عَابِدُوْنَ
“Shibghah (celupan dari) Allah. Dan siapakah
yang lebih baik shibghahnya (selain) daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah
kami menyembah”.
(QS
Al-Baqarah (2) ayat 138)
Dengan keaktifan kader mengikuti
proses tarbiyah adalah upaya mempercepat tercapainya apa yang dicita-citakan
bersama, yaitu mengembalikan kemuliaan islam sebagai uztadzul alam.
Kita meyakini bahwa islam adalah
satu-satunya system yang mampu mengeluarkan umat manusia dari kegelapan menuju
cahaya yang terang. Kita menyakini islam adalah agama yang Allah karuniakan
kepada umat manusia untuk membimbingnya menuju kepada kebahagian dunia dan
akhirat. Namun tentu semua itu harus kita upayakan dengan terlebih dahulu
membenahi setiap pribadi kita sebagai subjek juga objek dakwah itu. Kita ingin
merobah keadaan umat dengan terlebih dahulu memperbaiki diri kita dengan
nilai-nilai islam yang kita dakwahkan. Oleh karenanya kegiatan tarbiyah menjadi
sesuatu yang wajib di tunaikan oleh setiap anggota jamaah/ organisasi dakwah.
Tanbihun lirajalil Dakwah
Merasakan dan menghayati bahwa da'wah merupakan amanah ilahiyah.
Da'wah merupakan tanggung jawab kita sebagi junudud da'wah.
Menghindar dan lari dari amanah da'wah berarti telah khianat dalam amanah. " Wahai orang-orang beriman
janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul, dan janganlah kalian mengkhianati
amanah yang dipercayakan kepada kamu, sedang kamu mengetahuinya " (QS. Al
Anfal : 27)
Yakin akan janji Allah swt.
Yakin adalah pengendali hati, kesempurnaan iman berawal darinya.
Kita beramal karenanya, berjuang dengannya, sukses karenanya. Jika yakin
tertanam dalam hati, ia akan berbuah cahaya dan kemuliaan, membersihkannya dari
keragu-raguan, kemarahan, kekhawatiran, dan kesedihan. Rasa ridha, syukur, dan
tawakkal disandarkan padanya. Yakin adalah inti materi dari semua kedudukan. " Apabila kamu telah membulatkan tekad
maka bertawakkallah kepada Allah " (QS. Ali Imran : 159)
Berpegang teguh kepada Islam secara syamil wal kaamil.
Ikhwah fillah, Islam yang syamil dan kaamil akan terealisir ketika
mazhahir mahawir wal marhaliyah
berjalan secara progresif. Semakin besar mihwar,
Tahapan da'wah kita maka semakin besar pula peluang Al Islam menjadi minhajul hayah, jalan kehidupan. Kalau
kita merasa nyaman dengan kondisi sekarang, apalagi merasa bahwa proses tarbawiyah kita dimasa lalu adalah yang
terbaik, maka hakikatnya kita menjadi salah satu faktor penyebab terhambatnya
kemajuan da'wah bagi terealisasinya syumuliyatul
Islam. " Wahai orang-orang yang
beriman masuklah kalian ke dalam islam secara Kaafah " (QS. Al Baqarah
: 208)
Memelihara dan menjaga kebertahapan da'wah secara seimbang dalam
pertumbuhannya.
Kebertahapan dalam da'wah adalah jalan yang ditempuh oleh
Rasulullah dan para sahabatnya. Pada periode makkah, Rasulullah SAW meletakkan
dasar-dasar pemahaman yang utuh kepada para sahabatnya pada tataran konsepsi
(Al Iman), dan pada periode madinah, proses aktualisasi nilai terlihat jelas
dengan banyaknya ayat Allah SWT yang berkenaan dengan hukum dan praktik
'ubudiyah pada tataran operasional (Al Islam). Setelah internalisasi nilai dan
kristalisasi struktur (tanzhim),
Meri'ayah hasil-hasil da'wah
Ikhwah fillah, seringkali kita terpesona oleh bilangan atau angka
capaian da'wah kita dan lupa untuk meningkatkan kapasitas diri untuk
mampu membina dan mengembangkan capaian-capaian da'wah kita. Tarbiyah Islamiyah
adalah solusi terbaik yang pernah ada dan layak menjadi bagian tak terpisahkan
dari kehidupan kader da'wah kader da'wah.
Wallahu ‘alam bishawab
Editor; Ukhti Deva Supit
Mahasiswi IAIN Manado
Aktifiv
Dakwah Kampus
0 comments:
Post a Comment