Ada yang bilang, “Pacaran tanpa dusta itu ibarat lauk tanpa garam.”Dusta selalu
menjadi penyedap rasa bagi orang-orang yang pacaran. Hapir tidak mungkin orang
yang pacaran terbebas dari kedustaan. Terlepas dari siapa yang berdusta dan
siapa yang di dustai, yang jelas kedustaan ini selalu ada bagi orang yang
pacaran. Bahkan tragisnya, orang tua sering jadi korban kedustaannya. Ada juga
yang mencuri untuk memenuhi kebutuhan pacarnya. Kalau pun tidak mencuri paling
tidak ia belajar berhutang agar bisa memuaskan sang pacar. Apa yang
memotivasi hal itu? Tidak lain adalah kekhawatiran sang pacar tidak terpuaskan. Ia
selalu ingin sempurna di hadapan pacarnya, rela berdusta dan melakukan berbagai
macam dosa lain demi memuaskan sang pacar. Pada titik itulah sadar atau tidak
pacaran adalah upaya menjadikan dia sebagai saingan bagi Allah.
Ada juga sang pacar yang aslinya pengangguran tapi ketika ketemu pacar seperti konglomerat. Punya hanpone mahal hasil ngancam sama orang tua. Kalau tidak dibelikan hanpone bagus, aku nda mau sekolah/ kuliah lagi. Dan saya juga punya rasa kepercayaan yang berbeda dengan orang-orang yang gemar dengan pacaran.
Ada juga sang pacar yang aslinya pengangguran tapi ketika ketemu pacar seperti konglomerat. Punya hanpone mahal hasil ngancam sama orang tua. Kalau tidak dibelikan hanpone bagus, aku nda mau sekolah/ kuliah lagi. Dan saya juga punya rasa kepercayaan yang berbeda dengan orang-orang yang gemar dengan pacaran.
Allah
yang seharusnya menempati posisi tertinggi; tidak ada yang berhak di ibadahi,
di cintai, ditakuti, ditaati kecuali Dia justru terkalahkan dengan
posisi sang pacar. Pacar menjadi Andadan,
tandingan Allah. Dalam kitab Al-wala walbaro yang ditulis oleh Muhammad Said
Al-Qahthani, menjelaskan arti Andadan
(tandingan—Bagi Allah) sebagai berikut. “ Andadan
ialah sesuatu yang menjauhkanmu dari agama Islam, baik itu keluarga, tempat
tinggal, kerabat, maupun harta. Semua itu bisa disebut Andadan bila semua itu menyebabkanmu jauh dari Islam. Hal ini
berdasarkan firman Allah:
Dan diantara
manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang
berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat),
bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat
siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Q.S Al-Baqorah: 165)”
Ketundukan yang seharusnya ada hanya untuk
Allah justru di berikan kepada pacar. Mencintai Allah di atas segalanya justru
habis untuk dia. Bahkan kehormatan pun di serahkan untuk pacar. Setiap waktu hanya berfikir bagaimana kencan bersamanya. Hubungan
semacam ini adalah hubungan yang jelas menyeret kepada kesengsaraan. Menjadikan
pacar sebagai tandingan Allah.
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang
yang bertakwa.”(QS. az-Zukhruf
[43]: 67)
Seharusnya cinta itu di bangun dengan podasi
takwa dengan cara nikah. Bukan dengan pacaran yang pada akhirnya akan membuat
keduanya saling memusuhi di akhirat nanti.
Ada sederetan dosa yang terjadi saat pacaran. Belum
lagi kita bicara zina mata, zina tangan, zina kaki, dan zinah hati, dan zina kemaluan yang sulut dihindari saat memadu syahwat berdua.
Bersabarlah kawan. Sebab pacaran seberapapun
singkat dan lamanya ia tidak akan merobah takdir Allah. Semua sudah ada janjinya.
Kesendirianmu adalah kesetiaan kepadanya yang telah Allah Janjikan untukmu. Semua
akan indah pada waktunya. Mentari akan terbit pada waktu dan tempatnya seperti
itu juga cintamu akan berpadu tepat pada waktunya.
Jangan merasa hinah dengan status jomblomu. Sebab itu
tanda Allah menyayangimu, juga tanda kesetiaanmu untuknya. Betapa bahagianya ia, jika kelak dimalam pengantin ia mengetahui
bahwa ia adalah cinta pertama dan terakhirmu. Kawan, Ia tercipta dari tulang
rusukmu. Oleh karena itu ia tidak akan cocok berada di samping orang lain. Dia hanya
tepat untukmu. Jadi menunggu sampai waktu yang tepat adalah cara cerdas menyikapi
rasa cinta.
0 comments:
Post a Comment