“Hati-hati dengan IPPM sebab
mereka adalah gerakan Politik!”. Begitulah ia di ingatkan oleh orang-orang
terdekatnya. Terkesan penuh dengan ke khawatiran yang berlebihan atau bisa
dibilang lebay stadium akhir. Pasalnya IPPM tidak menyatakan dukungan politiknya
kepada figur politisi mana pun.
Peristiwa itu menjadi alasan
kenapa saya harus berbicara politik terkait dengan gerakan dakwah IPPM. Sampai
hari ini seperti apa yang saya sebutkan di atas, secara lembaga IPPM tidak
pernah menyatakan dukungannya kepada satu figur Politisi mana pun. Kecuali
secara nasional kita ada pihayak yang di dukung oleh Ijtimak Ulama.
Mari kita bicara IPPM dan agenda politiknya; kalau pun IPPM punya
agenda politik, lalu dimana salahnya?
Bukankah berpolitik di Negara demokrasi seperti Indonesia adalah legal adanya?
Bukankah UUD kita menjamin hak berpolitik setiap raknyatnya? Bukankah politik
itu memikirkan kepentingangan kolektif bangsanya? Sedangkan yang demikian itu
adalah bagian dari ajaran agama yang mulia ini. Memang ada saja orang-orang
yang memanfaatkan “kendaraan politik” sebagai ajang memuaskan nafsu syahwat
kekuasaannya, tapi tentu sangat keliru ketika itu di jadikan sebagai alasan
untuk men-justifikasi IPPM.
Sebagai warna Negara dan umat
yang beragama, maka kita punya UU dan Dogma agama, Syariah untuk menilai
sesuatu itu salah dan benar. Jika sah dalam pandangan keduanya maka apa pun
alasannya kita tidak punya hak untuk mengatakan itu salah. Sebab jika setiap
orang punyak hak memandang benar dan salah tanpa menggunakan kedua timbanagan
sah di atas, maka akan terjadi kekacauan dalam kehidupan kita beragama,
berbangsa dan bernegara. Oleh sebab itu Negara hadir untuk menjadi hakim,
menilai salah benarnya suatu kelompok atau perorangan. Sedangkan benar dan
salahnya dalam pandangan agama, maka ulama menjadi hakim untuk meniali
kesesuaiannya dengan syariah atau tidak. Begitulah cara kita hidup dalam
benegara.
Memang IPPM mempunyai pemikiran
yang berbeda dengan kebanyakan ormas yang ada di Boltim. IPPM memandang
kekuasaan adalah sarana yang efektif untuk menebarkan kebaikan kepada semua
anak bangsa, tanpa membedakan rasnya. Sehingga itu menjadi narasi yang
dibawanya.
Kader-kader IPPM di bawa pada
alam fikir yang melampaui zamannya. Mereka di tuntut untuk menjadi insan yang
tidak hanya cerdas secara kognitif tetapi juga mempunyai konsep yang matang
tentang beragama, berbangsa, dan bernegara.
Landasan filosfi hidupnya dibangun
di atas ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. dengan pemahaman para
Ulama yang Muktabar. Kepedulian kepada bangsa dirangsang sejak dini agar
dikemudian hari apa pun profesinya dia punya kepedulian kepada keadaan
bangsanya. Bagi kami, menjadi warga masyarakat yang apatis adalah sebuah
kegagalan dalam hidup. Yang demikian itu bertentangan dengan fitrah manusia
yang mempunyai kecenderungan untuk saling membantu. Sehingga disetiap
kesempatan mereka di tuntut untuk mempunyai kepedulian yang melampaui
kepedulian orang pada umumnya. Itulah gerakan politik IPPM. Sehingga di
kemudian hari mereka secara kualitas, kapasitas dan sosial telah mempunyai
modal yang cukup untuk menjadi pemimpin di masing-masing level dan segmennya.
Menjadi pribadi yang soleh dalam
pandangan IPPM tidak sekedar rajin kemasjid, dan rajin tilawah Qurannya, atau
sekedar menutup aurat dengan jilbab besarnya bagi seorang wanita. Tetapi jauh
dari pada itu kader IPPM dibimbing menjadi manusia yang paripurna, memilik
syakhsiayah Islamiayah tidak sekedar hanya bisa beribadah ritual, tetapi ibadah
sosial juga menjadi modal utama untuk mendapat ridha Allah SWT.
Sehingga kita mengenal shaleh
secara ritual dan soleh secara sosial. Jika sedikit kita membuka lembaran
sejarah perjuangan Nabi Muhammad, maka akan kita temukan apa yang beliau
lakukan dalam rangka menyebarkan islam tidak hanya membimbing umat manusia
untuk bisa shalat, puasa, haji dan lain-lain yang terkait dengan ritual ibadah
jepada sang oencipta, Allaah Set. Tetapi
ada shadaqohnya, ada jihadnya, dan ada konsep bernegaranya. Sehingga islam
menjadi rahmat bagi seluruh alam. Itu pulalah, yang membuat IPPM menentang
mendikotomi islam dan politik. Sebab pada faktanya Rasulullah Saw membangun
madinah sebagai sebuah negara. Dan itu adalah fakta sejarah yang tidak
terbantahkan. Tentu yang kita maksud adalah berkehidupan berbangsa dan
bernegara yang bernafaskan islam dalam konteks Kesatuan Negara Republik
Indonesia sebagaimana yang di ajarakan oleh para penduhulu bangsa kita.
By Sfyan. A.M
0 comments:
Post a Comment