Namaku
Hanin, Hanin Dilara Sofea, umurku 17 tahun. Aku
tinggal dengan seorang wanita yang ku panggil ummi, dia adalah ibuku. Abi
meninggal saat aku kecil. Dan Aku adalah
anak tunggal.
Sejak kecil aku dibesarkan di lingkungan
keluarga yang patuh dengan syariat islam. Awalnya aku dan ummi tinggal dirumah kakek. Namun,saat aku
kelas 1 Madrasah tsanawiyah ummi memutuskan untuk tinggal terpisah dari kakek.
kami kembali kerumah yang kami tinggali dulu sebelum abi meninggal. Ummi membuka usaha kecil-kecilan untuk
mencukupi kebutuhan kami.
Seperti
remaja pada kebanyakan, aku tak luput dari kata pacaran. Aku mempunyai seorang pacar, namanya Zaki . Zaki
adalah seorang laki-laki istimewa bagiku, dia baik, tampan, dan juga sopan, dia
juga rajin sholat, tilawahnya pun sehari bisa 1 jus. Aku dan zaki pacaran baru
7 bulan yang lalu, Meskipun aku dan zaki tau yang kami lakukan adalah dosa,
tapi kami terlalu asik menjalaninya , alasannya toh kami tidak sampai berbuat
yang keterlaluan. Ummi pun tau soal hubungan kami, ummi sudah melarangnya,
bahkan berkali-kali ummi menyuruhku menjauhi zaki dan dengan tegas melarangku
bertemu dengan zaki, tapi aku membantah ummi dan selalu mebangga-banggakan zaki
di depan ummi, aku juga diam-diam sering bertemu zaki.
“sudahlah
hanin, akhiri saja hubunganmu dengan zaki,itu dosa nak. Ummi tidak mau kamu
sampai salah jalan terlalu jauh.” Larang
umi dengan suara yang sangat lembut.
“tapi
mi, hanin sayang zaki, begitu pun zaki.” Bantahku
“kalau
dia sayang padamu suruh dia untuk melamarmu,ummi menunggu itu.”
“ummi,
zaki belum siap, sudahlah ummi jangan selalu menuntut zaki untuk melamar hanin.
Zaki baik ummi, dia rajin sholat.”
“jangan
tertipu ikhwan modus hanin, kalau dia benar-benar menyayangimu dia akan segera
melamarmu, membawamu ke jalan yang benar, bukan malah membawamu semakin dekat
dengan neraka. Ingat hanin ummi tidak suka kamu sering bertemu dengan zaki.”
“terserah
ummi, hanin capek mi.”
Untuk
yang pertama kalinya ummi menegurku dengan nada yang tinggi.
Besoknya
aku janjian untuk ketemu zaki, aku berencana menyampaikan apa yang ummi katakan
kemarin.
“Melamarmu?
Tapi hanin, aku belum siap. Bilang pada ummi mu aku tetap akan melamarmu tapi
tidak sekarang, aku belum siap sekarang hanin.
“sudah
ku katakana pada ummi zaki, tapi ummi bilang jika kau benar-benar menyayangiku
kau harus segera melamarku.”
“Tapi
bukan sekarang hanin, menikah muda? Aku belum siap.”
“tapi
ki..”
“sudahlah
hanin aku capek, aku pulang dulu, kamu hati-hati pulangya, Assallamuallaikum.”
“waallaikumsalam.”
Setelah
kejadian hari itu aku merasa zaki menjauhiku, bahkan beberapa kali aku
memintanya untuk ketemu tapi dia selalu beralasan sibuk.
“Ada apa
nin? sepertinya kamu ada malasah. Coba ceritakan, siapa tau kak syifa bisa
bantu.”
Kak
syifa adalah tetanggaku dia tinggal di kosan sebelah rumahku, dia baik,
sopan,dewasa dan suka memberi masukan yang positif.
“zaki
kak, akhir-akhir ini hanin merasa zaki menjauhi hanin.”
“kamu
masih berhubungan dengan zaki.”
Aku
hanya mengangguk.
“Nin,
kamu tau kan itu dosa? Ummi mu juga sudah berapa kali melarngmu berhubungan
dengan zaki, lalu kenapa masih dilkukan nin?”
“hanin
sayang zaki kak, begitupun zaki.”
“hanin,
kakak tau hanin sayang sama zaki, kakak juga tau zaki baik,dia sering sholat
tilawahnya juga baik. Tapi nin, kalau zaki beneran sayang hanin dia akan segera menghalalkanmu, bukan
mengajakmu pacaran. Ingat nin, jangan
tertipu ikhwan modus.
Bersambung…….
Dwi
0 comments:
Post a Comment