Khutbah
Pertama
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ فَرَضَ عَلَى الْعِبَادِ أَدَاءَ الْأَمَانَة، وَحَرَّمَ عَلَيْهِمُ
الْغَدْرَ وَالْخِيَانَة، وَوَعَدَ عَلَى الْخَائِنِيْنَ الْعَذَابَ الْأَلِيْمَ
بِدَارِ النَّدَامَة.
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَه، شَهَادَةً نَرْجُوْ بِهَا النَّجَاةَ يَوْمَ الْقِيَامَة، وَنُؤَمِّلُ
بِهَا الْفَوْزَ بِدَارِ النَّعِيْمِ وَالْكَرَامَة.
وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ أَتَمَّ بِهِ النِّعْمَة، وَبَعَثَهُ
لِلْعَالَمِيْنَ رَحْمَة، وَلِلْعَامِلِيْنَ قُدْوَة، وَعَلَى الطَّاغِيْنَ حُجَّة.
صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ
يَوْمِ الْقِيَامَة.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ: أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ
تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: ((يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ))
وَقَالَ أَيْضًا: ((يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ
وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ))
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Akhir-akhir
ini banyak pihak dan kalangan tertentu yang merasa “alergi” walaupun di negara
seperti Indonesia dengan kebiasaan, adat, budaya, sunnah masyarakat muslim yang
sebenarnya biasa saja, tidak berbahaya dan masyarakat lain kadang melakukannya,
seperti berkopiyah putih, memelihara jenggot, berjubah ,bercelana cingkrang
diatas mata kaki, berjidat hitam, berkumpul di masjid, berjilbab bahkan
bercadar, tidak memakan daging babi, menghindari khamer dan banyak lagi yang
lainnya yang kemudian dirasa aneh bahkan oleh kalangan muslim sendiri apalagi
non muslim. Hal ini tidak lepas dari peran dan “kerja keras” media yang terus
menggiring opini publik menuju “ISLAMOPHOBIA” yang berarti rasa benci yang
berlebihan kepada islam.
Saya
masih ingat jelas di tahun 2006-2010, efek bom bali yang terjadi di tahun 2002 masih
sangat terasa, kala itu yang di pojokkan adalah pondok pesantren. hampir semua
memdia masa memberitakan dan menghubung-hubungkan antara teroris dengan pondok
pesantren. pesantren saya berulang kali di datangi aparat keamanan, dan mendata
santri. Menggunakan sarung, peci dan jilabab mulai di identikkan dengan atribut
terosris. Kala itu saya pribadi adalah ketua santrinya yang ikut merasakan
efeknya.
Hari
ini, bertindak Islami, menghadiri sholat berjama’ah, menghindari sentuhan kulit
dengan lawan jenis yang bukan mahram, menggunakan busana ke arab -araban, jubah,
sorban, kopiyah, parfum, ikut pengajian islam yang intensif, membaca quran yang
rutin, bertakbir, benderah tauhid yang jelas ada dalilnya, selektif terhadap
makanan dan minuman bahkan rumah makannya tidak lepas dari komentar miring
masyarakat apalagi haters, nitizen di dunia maya, ikut organisasi islam yang
suka menggunakan kosa kata arab, langsung di cap sebagai aliran garis keras,
tidak nasionalis atau bibit-bibit teroris. Semua ini terjadi di tengah
masyarakat muslim atau di negara mayoritas muslim semacam Indonesia sekalipun.
Setiap
kejadian kekerasan yang palakunya adalah oknum orang islam selalu di beritakan
terpapar faham radikal. Bahkan pelaku kasus pemerkosaan, saat di bawa kepengadilan
menggukan peci. Dan ini terkesan di seting. Berbeda dengan pembantaian warga di
wamena, ada anak kecil dipukul pakai kapak di kepala, ada dokter di bakar, ada pulahan
bahkan mungkin ratusan yang meninggal, ada ratusan bahkan ribuan pengungsi di
wamena sebab ulah OPM yang jelas-jelas pemberontak,
terosir, merongrong NKRI, dan mengancam stabilitas Negara, oleh media dan
pemerintah hanya menyebutnya kelompok sparatis yang kebanyakan orang tidak
faham artinya. Kenapa tidak disebut radikal atau terosris? Apakah kalimat-kalimat
sampah itu hanya diperuntukkan kepada umat islam? Kenapa berbeda sikap
pemerintah kepada ratusan orang yang mengibarkan bendera Bindang Gejora dengan
bendera tauhid. Bahkan isi khutbah ini oleh mereka yang berpenyakit hati, ada
kemunafikan di hatinya sebab terpapar
faham sekular dan liberal, memandang sebagai khutbah yang radikal.
Ini
indikasi bahwa kerja keras para pembenci islam melalui media selama ini telah
“sukses”dalam mendiskreditkan Islam dan kaum muslimin. Apa yang pernah
dilontarkan seorang tokoh beberapa tahun lalu yang memperlihatkan kebencian dan
permusuhannya pada islam terbukti sebagaimana ia katakan…
Fundamentalisme Islam setidaknya
sama berbahayanya dengan komunisme tempo dulu. Mohon jangan meremehkan resiko
ini… Sebagai kesimpulan pada masa ini, fundamentalisme Islam adalah sebuah
ancaman serius, karena merepresentasikan terorisme, fanatik keberagamaan, dan
pengeksploitasian keadilan sosial dan ekonomi. – Sebuah
wawancara TV yang direportasekan oleh Inter Press Service,
18 Pebruari 1995). Ungkapan ini adalah ucapan Willi Claes, mantan Sekjen
Nato yang merefleksikan kekhawatiran (ketakutan) Barat terhadap Islam dan kaum
Muslim.
Hal
ini terjadi dan diungkapkan Jauh sebelum peristiwa ( penabrakan pesawat ke gedung
WTC pada 2001) . Willi Claes ini telah menyamakan kaum Muslim yang berpegang
teguh terhadap agamanya sebagai teroris, dan mewanti-wanti bahwa kaum Muslim
fundamentalis (sebutan kaum Muslim yang teguh kepada ajaran Islamnya ) jauh
lebih berbahaya dari pada pengikut komunis, sehingga jangan dianggap remeh. Padahal
hal yang paling fundamental (mendasar dan prinsip) dan radikal, radikal sendiri
menurut KBBI adalah, amat keras menuntut perubahan. Yang jika dihungkan dengan agama
berarti, sangat menuntut keras untuk mengamalkan ajaran agama. Saya ulangi hal
yang paling fundamental dan radikal dalam islam adalah Dua kalimat syahadat. Sebab
dari kalimat inilah status seseorang di tentukan sebagai muslim atau bukan. Dari
sinilah di tentukan apakah amal ibadahnya di terima apa tidak. Jika hal yang
paling fundamental dan radikal ini berhasil
di gugat oleh kaum sekuler dan liberal, maka terhempaslah kita dari islam itu sendiri.
Dan
pidato-pidato mirip seperti ini telah mulai bermunculan bahkan di Indonesia
minggu minggu ini dilontarkan oleh para petinggi, pimpinan parpol, tokoh
masyarakat yang notabenenya dia beragama Islam khususnya pasca peristiwa
berkumpulnya umat Islam pada 411 dan 212 kemarin.
Ketakutan
terhadap Islam sejatinya sudah ada sejak zaman dahulu ketika perang Salib meletus.
Disusul dengan era penjajahan Barat atas negeri-negeri Muslim termasuk negara
–negara asia dan tentunya Indonesia, hingga berakhirnya masa ke-Khilafahan
Islam yang terakhir di Turki (tahun 1924 M). Selama kurun waktu itu pula
terbentuk Islam phobi (konsep membenci islam) yang sengaja diciptakan Barat
untuk mendiskreditkan kaum Muslim, mengisolir mereka, dan membuangnya sebagai
sampah peradaban.
Jika
dahulu kaum Muslim dicap dengan stempel terbelakang, barbar, tidak berpikiran
maju/tidak produktif, jorok, maka sekarang mereka memberi stigma kaum Muslim
(yang berpegang teguh dengan ajaran Islam) dengan label teroris, ekstremis,
fundamentalis, radikal, dan sejenisnya.
“Mereka
ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah
(justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya.” (QS. Ash-Shaff: 7)
Jika
dulu ISLAMOPHOBIA adalah hasil samping dari benturan peradaban, antara peradaban
Islam dan peradaban Barat. Maka saat ini di Negara kita kian tersa komunis yang
ikut bermain dan menggunakan segala cara untuk memojokkan Islam dan kaum
Muslim. Sebagaimana mereka lakukan dimasa orde lama dengan PKI nya.
Fenomena
ini sebenarnya tidak aneh dan telah disampaikan dalam perkataan Rasulullah Saw
dalam sebuah hadits yang kira-kira bermakna : “Islam muncul dalam keadaan asing
dan akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang
asing”.(HR Muslim ). Dalam riwayat yang lain Rasulullah Saw ditanya : Wahai
Rasulullah siapa yang asing itu (al Ghuraba)? Rasulullah bersabda : Yaitu
orang-orang yang mengadakan perbaikan di tengah manusia yang berbuat
kerusakan”.
Asig
dan aseng sepertinya kesulitan bertahan hidup di atas kakinya sendiri, kecuali
dengan melakukan pencaplokan negara, penjajahan tanah, penjajahan ekonomi
,invasi, kolonisasi, eksploitasi, imperialisasi. Hanya dengan itu mereka bisa
mengeruk, menghisap energi yang dimiliki bangsa-bangsa lain yang kaya, tanpa
harus berkeringat. Indonesia dijajah lebih dari 300 tahun, sumber daya alam di
keruk,dan ditransfer ke negara asal mereka, bahkan pengaruhnya terasa sampai
sekarang ,prakteknya pun masih bisa dilihat walaupun dalam potret berbeda,
perusahaan tambang asing dan seng tersebar di wilayah nusantara_ mengambil
emas, perak, timah, platinum, tembaga dan banyak kekayaan alam kita.
Islam
sebagai Agama Rahmatan Lil Alamin (Penebar kasih sayang ke seluruh alam semesta
) tidak hanya pada teori, konsep dan ajaran namun dalam praktek kehidupan
selama lebih dari 14 abad atau seribu empat ratus empat pulu satu hijriah
sampai hari ini (Jumat 11 Oktober 2019). Dalam Sirah Nabawiyyah (sejarah
perjalanan hidup Nabi ) dituliskan bagaimana akhlaq prilaku Nabi Muhammad pada
diri pribadi, keluarga , masyarakat dan ummat serta dalam waktu sekitar 10
tahun berada di Kota Madinah memimpin wilayah yang sangat luas membentang di
sekitar jazirah arab.
“Mereka berkehendak
memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, sementara
Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orang-orang
yang kafir tidak menyukainya. Dialah Yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan
membawa) petunjuk (al-Quran) dan agama yang benar untuk Dia menangkan atas
segala agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” (QS at-Taubah:
32-33).
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ
رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ
وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أنْ لاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُه.
((يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ)).
((يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا # يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا
عَظِيمًا)).
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ، سَيِّدِ اْلأَوَّلِيْنَ
وَاْلأَخِرِيْنَ، وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ
رَسُوْلِ اللهِ اَجْمَعِيْنَ
اَلْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَـمِيْن، حَمْدًا
يُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّناَ لَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ
الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَات.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعاً
مَرْحُوْماً، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقاً مَعْصُوْماً، وَلا
تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْماً.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى
وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ
وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَاجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ
عَلَى الْحَقّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِـمِيْن، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ
وَالأَمْنَ لِعَبادِكَ الْـمُؤْمِنِيْن.
اَللَّهُمَّ أَهلِكِ الظَّالِـمِينَ
بِالظَّالِـمِيْن، وَأَخْرِجْنَا مِنْ بَيْنِهْمْ سَالِـمِيْن، وَأَرِنَا
اللَّهُمَّ فِيْهِمْ عَجَائِبَ قُدْرَتِكَ يَا عَزِيْزُ يَا جَبَّار.
اللهم وَلِّ عَلَيْنَا خِيَارَنَا، وَلَا
تُوَلِّ عَلَيْنَا شِرَارَنَا.
اللهم اجْعَلْ وِلَايَتَكَ فِيْمَنْ خَافَكَ
وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا
يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ
عِبَادَ اللهِ: إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ
بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
أَقِيْمُوا الصَّلَاة...
0 comments:
Post a Comment